Kamis, 06 Desember 2012

Jerman

Penulis: Arli Aditya Parikesit - detikinet
 
Screenshot Nujerman.de Jakarta - Pada 16-17 April 2011, sejumlah mahasiswa Nahdliyin menggelar pertemuan untuk mendeklarasikan PCI (Pengurus Cabang Istimewa) NU Jerman di bilangan Wedding, Berlin.

Dalam pertemuan tersebut, telah terpilih Ketua Tanfidziyah Suratno, dan Ketua Rois Syuriah Syafiq Hasyim. Dalam berbagai kegiatannya, NU Jerman selalu bersinergi dengan PPI Jerman. Ini dalam rangka menegaskan warna kebangsaan organisasi ini.

Adapun salah satu komitmen dan program kerja kami adalah menyebarkan nilai-nilai kebangsaan melalui kegiatan online. Itulah alasan utama, mengapa kami mengembangkan web http://nujerman.de.

Website Nujerman.de

Menurut Ben Anderson, nasionalisme adalah Imagined Communities. Beliau menguraikan nasionalisme sebagai suatu 'persamaan nasib' yang mengikat berbagai suku bangsa yang berada dalam satu teritori.

Jika demikian, persamaan nasib apakah yang mengikat kita semua sebagai bangsa? Perjalanan sejarah telah mengikat kita menjadi satu bangsa, dan berbagai dialektika yang di dalamnya menunjukkan berbagai pergumulan pemikiran yang sangat tajam untuk mengurai berbagai permasalahan semua komponen bangsa.

Pergumulan pemikiran, dan bukan pergumulan 'bayonet dan mesiu', itulah yang dihadirkan oleh NU Jerman melalu website tersebut.

Seperti yang telah dimuat oleh detikINET, agamawan juga telah memiliki positioning di dunia maya. Dalam konteks inilah, NU Jerman hadir menawarkan keagamaan dalam bingkai kebangsaan secara online. Salah satu kegiatan unggulan yang diusung adalah pengkajian online dengan video streaming di sini.

Selain dihadiri warga PCI NU Jerman, pengkajian streaming juga berlangsung secara online dari berbagai negara, tidak hanya Jerman tapi juga Mesir, Yaman, Sudan, Marokko, Libanon, Belanda, Prancis, Australia, Amerika Serikat, dan tentu saja Indonesia.

Pengkajian online adalah kegiatan 'inclusive all in one', yang terbuka bagi semua orang tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, ataupun golongan. Sesuai dengan namanya, ini adalah 'pengkajian', dan bukan 'pengajian'. Hal ini mencerminkan keterbukaan dari kajian tersebut kepada siapapun netizen di dunia.

Format acara selalu disesuaikan dengan bingkai kebangsaan yang inklusif dan merangkul semua orang tanpa kecuali.

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini